IKHLAS DALAM SEBUAH AMALAN

Written by Abu Namira Hasna Al-Jauziyah on Rabu, 06 April 2011 at 05.33

Hits:


دPara pembaca yang mulia- semoga Allah merahmati kita
semua-, Allah Yang Maha Adil dan Maha Bijaksana telah
menetapkan bahwa di antara hamba-hamba-Nya akan ada yang
mengalami hidup bahagia dan akan ada yang mengalami hidup
sengsara. Namun Allah adalah Dzat Yang Maha Pengasih
lagi Penyayang, melalui lisan Rasul-Nya , Dia juga telah
menunjukkan kepada umat manusia ini mana jalan yang akan
mengantarkan kepada hidup bahagia dan mana jalan yang akan
menjerumuskan kepada jurang kesengsaraan.
Oleh karena itu, sangatlah penting bagi kita untuk
mengetahui dan mempelajari serta kemudian mematuhi dan
mengamalkan rambu-rambu yang telah terpasang di jalan yang
menuju kepada hidup bahagia tersebut. Allah sebagai
pemilik kehidupan ini telah menegaskan dalam Al Qur’an:
“Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih baik laki-laki
maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka
sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang
bahagia.” (An Nahl: 97)
Allah mensyaratkan kepada seorang mukmin yang
menginginkan hidup bahagia, agar mereka beramal shalih. Allah
berjanji, barangsiapa yang beramal shalih niscaya akan
dimasukkan ke dalam Jannah-Nya. Sebagaimana firman-Nya:
ومن يعملْ مِن الصالِحات مِن ذَكَرٍ أَو ُأنثَى و  هو مؤمِ  ن فَُأولَئِك
يد  خُلونَ الْجنةَ ولاَ يظْلَ  مونَ نقِيرا
Ber i lmu Sebelum Berkata & Beramal
.: Jum’at, 14 Rabiul Awal 1432 H / 18 Februari 2011
M
Jangan dibaca saat Adzan berkumandang atau Khatib sedang Khutbah!

“Barangsiapa yang beramal shalih baik laki-laki maupun
perempuan dan dia beriman, maka mereka akan masuk ke
dalam Al Jannah dan mereka tidak akan dianiaya sedikitpun.”
(An Nisa’: 124)
 Apakah Amal Shalih itu?
Tidaklah semua amal baik yang dilakukan oleh seseorang
bisa dikatakan sebagai amalan shalih yang diterima di sisi Allah
. Seperti yang telah dikhabarkan oleh nabi dalam
sabdanya:
 رب صائِمٍ لَيس لَه مِن صِيامِهِ إِلاَّ الْ  جو  ع, و  رب قَائِمٍ لَيس لَه مِن
قِيامِهِ إِلاَّ السهر
“Betapa banyak orang yang berpuasa, tidaklah dia mendapatkan
pahala kecuali sekedar rasa lapar, dan betapa banyak orang
yang menegakkan shalat malam, tidaklah dia mendapatkan
pahala kecuali sekedar bergadang saja.” (HR. Ibnu Majah, An
Nasa’i)
Lihatlah wahai pembaca yang mulia, ternyata amalan puasa
dan shalat malam yang dilakukan, tidak memberikan manfaat
bagi dirinya, Allah tidak menerima amalan tersebut, tidak
memberi pahala kepadanya, dan yang ia peroleh hanya sebatas
rasa lapar dan payah belaka.

Karena Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan
dalam syari’at Islam ini, bahwa suatu amalan disebut amal shalih
yang diterima di sisi Allah jika terpenuhi padanya dua syarat:
Syarat Pertama adalah Ikhlas, yakni amalan yang dilakukan
itu semata-mata hanya untuk mengharapkan ridha Allah ,
bukan karena terpaksa atau karena mengharapkan pujian orang
lain, ataupun dalam rangka untuk mencari jabatan, kekayaan,
popularitas dan semisalnya dari perkara-perkara duniawi.
Syarat Kedua haruslah amalan itu sesuai dengan tuntunan/
ajaran Rasulullah . Beliau bersabda:
من عمِلَ عملاً لَيس علَيهِ أَمرنا فَ  هو رد

“Barang siapa mengerjakan suatu amalan yang tidak ada
tuntunan (ajaran)nya dari kami, maka amalan itu akan tertolak (di
sisi Allah ).” (HR. Muslim)
Bagaimana bisa seperti itu? Kita ambil contoh amalan shalat.
Rasulullah telah mengajarkan kepada umatnya bahwa shalat
Maghrib itu tiga raka’at. Maka barangsiapa yang mengerjakan
shalat Maghrib empat raka’at, tentu shalatnya tidak sah dan
secara otomatis akan tertolak di sisi Allah .
Kedua syarat itulah pada hakekatnya merupakan realisasi
dari Asy Syahadatain (dua kalimat Syahadat: Laa Ilaaha Illallah –
Muhammadurrasulullah). Ketika seseorang telah mengikrarkan
bahwa Allah lah satu-satunya Dzat yang berhak untuk
diibadahi, maka sudah seharusnya bagi dia untuk
mempersembahkan seluruh ibadahnya ikhlas karena Allah .
Dan ketika dia telah menyatakan bahwa Muhammad adalah
Rasulullah, maka hendaknya dia siap, tunduk, dan patuh untuk
menjalankan ibadah kepada Allah sesuai dengan
tuntunan/ajaran Nabi Muhammad .
Allah berfirman:
فَمن كَانَ ير  جو لِقَاء ربهِ فَلْيعملْ عملًا صالِحا ولَا يشرِك بِعِبادةِ ربهِ
أَحدا
“Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, maka
hendaknya dia mengerjakan amal shalih dan janganlah dia
mempersekutukan sesuatu apapun dalam beribadah kepada-
Nya.” (Al Kahfi: 110)
Al Imam Ibnu Katsir mengatakan: Ini adalah dua rukun
amalan agar diterima (di sisi Allah ), yaitu Ikhlas karena Allah
dan sesuai dengan tuntunan/ajaran Rasulullah .
Jika hilang salah satu dari kedua syarat tersebut, maka
amalan seseorang akan tertolak dan tidak ada nilainya di sisi
Allah . Maka barangsiapa yang beramal dengan niatan ikhlas
karena Allah , namun tidak sesuai dengan tuntunan Nabi
Muhammad , maka amalannya tertolak, dan sebaliknya
barangsiapa yang beramal dengan amalan yang sesuai dengan

tuntunan/ajaran Rasulullah , namun tidak ikhlas karena Allah
, maka amalannya pun juga tertolak.
 Peranan Niat dalam Amalan dan Kewajiban Ikhlas di
dalamnya
Setiap amalan itu tergantung pada niatnya sebagaimana
sabda nabi : “Sesungguhnya setiap amalan itu tergantung
pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan balasan (dari
amalannya) sesuai dengan niatannya.” (HR. Al Bukhari dan
Muslim)
Seseorang yang beramal dengan niatan ikhlas untuk
mendapatkan ridha dan pahala dari Allah , dia akan
mendapatkannya Insya Allah. Dan barangsiapa yang beramal
namun dengan niatan untuk mendapatkan perkara yang sifatnya
materi (duniawi) dan tidak ikhlas karena Allah , maka amalan
itu tidak ada nilainya di sisi Allah . Boleh jadi dia akan
mendapatkan apa yang diinginkan tersebut, tapi Allah tidak
akan memberikan keridhaan-Nya kepadanya, bahkan Allah
mengancam orang yang seperti ini dengan firman-Nya (artinya):
“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan
perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan
usaha mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia
itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak
memperoleh di akhirat kecuali An Nar (neraka) dan lenyaplah di
akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan siasialah
apa yang telah mereka kerjakan.” (Hud: 15-16)
Betapa pentingnya permasalahan ikhlas ini, sampai-sampai
Al Imam An Nawawi menjadikan wajibnya ikhlas sebagai bab
pertama dalam kitab beliau yang barakah Riyadhush Shalihin.
Adapun dalil yang menunjukkan wajibnya ikhlas dalam
semua amalan ibadah kepada Allah adalah firman-Nya
(artinya): “Dan tidaklah mereka diperintahkan kecuali untuk
beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan ibadah kepada-
Nya.” (Al Bayyinah: 5)
Seseorang yang beramal bukan dalam rangka mengharap
ridha Allah , berarti dia telah menjadikan sekutu dan
tandingan bagi Allah dalam ibadah. Inilah kesyirikan yang

dilarang dalam agama ini. Allah berfirman dalam sebuah
hadits qudsi:
من عمِلَ عملاً أَشرك فِيهِ معِي غَيرِي تركْته وشِركَه
“Barang siapa yang beramal dengan mempersekutukan Aku
dengan selain-Ku, maka Aku tinggalkan (tidak mempedulikan)
pelakunya dan perbuatannya.” (HR. Muslim)
Orang yang berbuat syirik kepada Allah , maka
amalannya akan terhapus dan tertolak di sisi Allah . Allah
berfirman:
ولَقَد ُأوحِي إِلَيك وإِلَى الَّذِين مِن قَبلِك لَئِن أَشركْت لَيحبطَن عمُلك
ولَت ُ كونن مِن الْخاسِرِين
“Jika engkau berbuat syirik, maka sungguh amalan-amalanmu
akan terhapus dan engkau termasuk orang-orang yang merugi.”
(Az Zumar: 65)

 Tipu Daya Iblis

Para pembaca, tentunya kita tidak lupa akan perbuatan Iblis
yang membangkang ketika Allah memerintahkan kepadanya
untuk sujud kepada Nabi Adam . Allah mengusir Iblis
dari Al Jannah, maka Iblis menyatakan sebagaimana yang Allah
kisahkan dalam Al Qur’an:
قَالَ رب بِمآ أَغْويتنِي لأُزينن لَ  هم فِي الأَرضِ ولأُغْوِين  هم أَجمعِين. إِلاَّ
عِبادك مِن  ه  م الْ  مخلَصِين
“Iblis berkata: “Wahai Rabbku, oleh sebab Engkau telah
menyesatkanku, pasti aku akan menjadikan mereka (anak cucu
Adam) memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan
pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya. Kecuali hambahamba
Engkau yang ikhlas di antara mereka.” (Al Hijr: 39-40)
Iblis bertekad untuk menyesatkan umat manusia ini
seluruhnya, kemudian Iblis mengecualikan orang-orang yang
ikhlas, karena Iblis tidak akan mampu untuk menyesatkan
mereka. Ini menunjukkan bahwa misi utama Iblis adalah

menyesatkan umat manusia dari jalan Allah dengan
memalingkan mereka dari keikhlasan kepada-Nya. Rasulullah
bersabda:
إِنَّ الشيطَانَ يح  ضر أَحد ُ كم عِند ُ كلِّ شيءٍ مِن شأْنِهِ
“Sesungguhnya setan akan selalu hadir menggoda salah
seorang diantara kalian pada setiap keadaannya.” (HR. Muslim)
Hendaknya kita semua berhati-hati dari makar setan ini,
karena setan senantiasa akan menggoda, menyesatkan, dan
memalingkan kita dari keikhlasan kepada Allah . Senantiasa
kita koreksi niat-niat kita dalam beramal.
Semoga Allah menjadikan kita termasuk di antara
hamba-hamba-Nya yang Mukhlishin.
 Akibat tidak Ikhlas
Berikut ini akan kami sampaikan sebuah hadits nabi yang
menceritakan keadaan orang-orang yang tidak ikhlas dalam
amalannya, Beliau (artinya):
“Sesungguhnya manusia yang pertama dihisab pada hari
kiamat nanti adalah seseorang yang mati syahid, dimana dia
dihadapkan dan diperlihatkan kepadanya nikmat yang telah
diterimanya serta ia pun mengakuinya, kemudian ditanya:
Apakah yang kamu gunakan terhadap nikmat itu? Ia menjawab:
Saya berjuang di jalan-Mu sehingga saya mati syahid.
Allah berfirman: Kamu dusta, kamu berjuang (dengan niat)
agar dikatakan sebagai pemberani, dan hal itu sudah terpenuhi.
Kemudian Allah memerintahkan untuk menyeret orang tersebut
yang akhirnya dia dilemparkan ke An Nar (neraka).
Kedua, seseorang yang belajar dan mengajar serta suka
membaca Al Qur’an, dia dihadapkan dan diperlihatkan
kepadanya nikmat yang telah diterimanya serta ia pun
mengakuinya, kemudian ditanya: Apakah yang kamu gunakan
terhadap nikmat itu? Ia menjawab: Saya telah belajar dan
mengajarkan Al Qur’an untuk-Mu.
Allah berfirman: Kamu dusta, kamu belajar Al Qur’an (dengan
niat)agar dikatakan sebagai orang yang alim (pintar), dan kamu

membaca Al Qur’an agar dikatan sebagai seorang Qari’ (ahli
membaca Al Qur’an), dan hal itu sudah terpenuhi. Kemudian
Allah memerintahkan untuk menyeret orang itu yang akhirnya dia
dilemparkan ke dalam An Nar.
Ketiga, seseorang yang dilapangkan rizkinya dan dikaruniai
berbagai macam kekayaan, lalu dia dihadapkan dan
diperlihatkan kepadanya nikmat yang telah diterimanya serta ia
pun mengakuinya, kemudian ditanya: Apakah yang kamu
gunakan terhadap nikmat itu? Ia menjawab: Tidak pernah aku
tinggalkan suatu jalan yang Engkau sukai untuk berinfaq
kepadanya, kecuali pasti aku akan berinfaq karena Engkau.
Allah berfirman: Kamu dusta, kamu berbuat itu (dengan niat)
agar dikatakan sebagai orang yang dermawan, dan hal itu sudah
terpenuhi. Kemudian Allah memerintahkan untuk menyeret orang
tersebut yang akhirnya dia dilemparkan ke dalam An Nar.” (HR.
Muslim)
Demikianlah ketiga orang yang beramal dengan amalan
mulia tetapi tidak didasari keikhlasan kepada Allah . Allah
lemparkan mereka ke dalam An Nar. Semoga kita termasuk
orang-orang yang bisa mengambil pelajaran dari kisah tersebut.
Nabi shallallahu alaihi wasalam bersabda:
من تعلَّم عِلْما مِما يبتغى بِهِ وجه اللهِ عز وجل لاَ يتعلَّ  مه إِلاَّ لِيصِيب
بِهِ عرضا مِن الدنيا لَم يجِد عرف الْجنةِ يوم الْقِيامةِ..
“Barangsiapa yang menuntut ilmu yang semestinya dalam
rangka untuk mengharap wajah Allah, tetapi ternyata tidaklah dia
menuntutnya kecuali hanya untuk meraih sebagian dari perkara
dunia, maka dia tidak akan mendapatkan aroma Al Jannah pada
hari kiamat nanti.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah)
Akhir kata, semoga ulasan edisi kali ini mendorong kita untuk
selalu mengoreksi ibadah yang telah kita lakukan baik kualitas
maupun kuantitasnya.
Semoga Allah mengampuni kekurangan-kekurangan
ibadah kita yang telah lalu dan menjadikan kita sebagai hambahamba-
Nya yang mukhlishin. Amin, Ya Rabbal alamin.

Mutiara Faedah
Rasulullah shallallahu alaihi wasalam bersabda:
“Barang siapa yang berwudhu’ lalu berjalan menuju rumah Allah
(masjid) untuk menunaikan kewajiban shalat yang telah
diwajibkan oleh Allah, maka salah satu langkah kakinya dapat
menghapus dosa dan langkah lainnya dapat mengangkat
derajatnya.” (HR. Muslim dari shahabat Abu Hurairah )
Masjid merupakan syi’ar agama Islam yang perlu dijaga dan
dilestarikan, bukan hanya dari sisi fisiknya saja, namun yang
paling utama adalah meramaikan masjid itu dengan
menghidupkan berbagai macam kegiatan (ibadah) yang
dianjurkan oleh syariat, seperti menghidupkan sholat jama’ah
lima waktu.
Allah adalah Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
sehingga tidak akan menyia-nyiakan amalan seseorang, bahkan
Allah membalasnya dengan jauh lebih baik dari apa yang ia
kerjakan, sebagaimana hadits di atas


Sumber: http://www.buletin-alilmu.com

Diterbitkan oleh: Pondok Pesantren Minhajus Sunnah Kendari
Jl. Kijang (Perumnas Poasia) Kelurahan Rahandouna.
Web Site: http://minhajussunnah.co.nr
http://salafykendari.com

Mutiara Hikmah
Al-Hafizh Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah- - berkata:
"Diantara dampak buruk maksiat, seorang hamba senantiasa
melakukan dosa sampai dosa itu akan remeh menurutnya, dan
terasa kecil dalam hatinya. Itulah tanda kebinasaan, karena
dosa jika semakin kecil dalam pandangan seorang hamba, maka
akan semakin besar urusannya di sisi Allah".
[Lihat Ad-Daa'u wad Dawaa' (hal. 93-94), cet. Dar Ibnul Jauziy]

0 Responses to "IKHLAS DALAM SEBUAH AMALAN"

Traffic Visitor

Pengikut

Diizinkan untuk mengcopy & memperbanyak tulisan yang ada dengan menyertakan sumber refernsinya. Diberdayakan oleh Blogger.

Tentang Blog Ana

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan mengampuni segala dosa yang lebih rendah dari syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, sungguh ia telah berbuat dosa yang besar “.(QS An-Nisa:48).. Diizinkan Bagi yang ingin mengcopy, memperbanyak atau menyebarkan isi dari artikel di Blog ini dengan menyebutkan penulis dan sumber referensinya dengan tetap menjaga amanah ilmiyahnya